Halaman
A.
Menganalisis Unsur-Unsur Syair yang
Diperdengarkan
Kemampuan apa yang harus kamu kuasai?
Setelah mempelajari materi dalam kompetensi dasar ini kamu diharapkan dapat:
1.
menganalisis unsur-unsur syair yang diperdengarkan
2.
menentukan unsur syair yang dianggap menarik/tidak menarik dengan
memberikan alasan yang logis.
Unit
4
Kegiatan
70
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
Pada pembelajaran yang lalu kamu sudah mampu menemukan tema
dan pesan syair yang diperdengarkan. Tema dan pesan syair merupakan
salah satu dari unsur intrinsik syair. Kamu tentu masih ingat bahwa syair
merupakan salah satu bentuk puisi lama. Sebagai sebuah puisi , syair adalah
sebuah struktur yang terdiri atas unsur-unsur pembangun. Unsur-unsur
itu bersifat padu karena tidak dapat dipisah-pisahkan tanpa mengatikan
dengan unsur yang lain. Unsur syair terdiri atas unsur fisik dan unsur batin.
Unsur fisik syair terdiri atas baris-baris yang bersama-sama membangun
bait-bait. Selanjutnya bait-bait itu membangun keseluruhan makna. Struktur
fisik puisi memiliki kekhasan tersendiri dengan ciri-ciri yang melekat
padanya. Sedangkan struktur batin puisi atau disebut unsur intrinsik meliputi
tema, nada, suasana, dan pesan atau amanat.
a. Tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Tema
merupakan landasan utama dalam mengekspresikan gagasan atau
pikiran melalu ikata-kata.
b. Nada, yaitu sikap tertentu penyair terhadap pembaca. Apakah penyair
bersikap menggurui, menasihati, mengejek, menyindir, atau berikap
lugas apa adanya, hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca.
c.
Suasana adalah keadaan jiawa pembaca setelah membaca puisi.
Suasana merupakan efek psikologis yang muncul setelah pembaca
selesai membaca keseluruhan syair.
Jika berbicara tentang penyair kita akan berbicara tentang nada,
sebaliknya jika berbicara tentang pembaca, kita akan berbicara tentang
suasana hati pembaca. Nada dan suasana saling berhubungan. Nada
penyair menimbulkan suasana terhadap pembacanya. Nada duka yang
diciptkan penyair dapat menimbulkan suasana iba pembaca.
d. Pesan atau amanat, yaitu tujuan yang hendak dimaksud penyair dalam
menciptakan syairya. Pesan penyair dapat ditelaah setelah memahami
tema, sada, dan suasana syair dengan membaca kesepuruhan syair.
Amanat tersirat dibalik kata-kata yag disusun dan berada di balik tema
yang diungkapkan.
Menemukan Unsur-unsur Syair yang Diperdengarkan
Mintalah salah seorang temanmu untuk membacakan syair berikut ini.
Karangan itu suatu madah
Mengarangkan syair tempat berpindah
Di salam dunia janganlah tam’ah
Di dalam kubur berkhalwat sudah
Kenal dirimu di dalam kubur
Badan seorang hanya tersungkur
Dengan siap lawan bertutur
Di balik papan badan terhancur
71
Kegiatan
Di dalam dunia banyaklah mamang
Ke akhirat jua tempatmu pulang
Janganlah disusahi emas dan uang
Itulah membawa badan terbuang
Tuntut ilmu jangan kepalang
Di dalam kubur terbaring seorang
Munkar wa nakir ke sana dating
Menanyakan jikalau ada engkau sembahyang
Keterangan:
Tam’ah : loba, serakah
Mamang : kabur, kacau
Analisislah unsur-unsur yang terdapat dalam syair di atas! Kerjakan
dalam kolom berikut ini!
No.
Unsur Syair
Uraian
1.
Tema
2.
Nada
3.
Suasana
4.
Pesan/amanat
Dengarkan syair yang akan dibacakan oleh Bapak/Ibu Guru!
Jelaskan tema, nada, suasana, dan pesan yang terdapat dalam syair
yang kamu dengar!
Kerjakan seperti dalam kolom berikut ini!
No.
Unsur Syair
Uraian
1.
Tema
2.
Nada
3.
Suasana
4.
Pesan/amanat
72
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
Bagaimana hati dan perasaanmu setelah mendengarkan isi syair?
Adakah sesuatu yang mungkin dapat kamu ambil dalam meniti
hidup dan kehidupan dari unsur-unsur syair yang kamu dengar.
Sudah semestinya kamu dapat menemukan hikmah dari
pembelejaran besastra ini. Dengan begitu pikiran dan perasaanmu
semakin terasah dan semakin matang untukmenjadi pribadi-
pribadi yang kokoh dan tangguh.
B.
Mengkritik/Memuji Berbagai Karya (Seni
atau Produk) dengan Bahasa yang Lugas
dan Santun
Kemampuan apa yang harus kamu kuasai?
Setelah mempelajari materi dalam kompetensi dasar ini kamu diharapkan dapat:
1.
Mengkritik atau memuji suatu karya seni yang dianggap tidak bagus atau yang
bagus disertai dengan alasan yang logis.
2.
Mengkritik dan memuji dengan bahasa yang lugas dan santun.
1. Menyampaikan Kritik dan Pujian dengan Bahasa
yang Santun
Kritikan dan pujian adalah sesuatu yang bertolak belakang. Pujian
mengakibatkan kebangaan dan kesenangan kepada orang yang dipunji.
Sebaliknya kritik akan menimbulkan kekecewaan, bahkan kemarahan bagi
orang yang dikritik. Namun, keduanya sebenanrnya dapatmenjadi pelecut
untuk memperbaiki kelemahan dan menyempurnakan suatu hasil karya
pada masa berikutnya.
Banyak orang yang alergi terhadap kritik. Tidak sedikit pula orang yang
lupa diri setelah mendapatkan pujian. Kritik yang disampaikan dengan
bahasa yang santun disertai alasan yang masuk akal akan dapat diterima
oleh semua pihak dengan dada lapang dan hati tenang. Sebaliknya kritik
yang tidak memperhatikan kesantunan dalam berbahasa dapat meyebabkan
pihak yang dikritik kecewa, kesal bahkan marah. Untuk itu kritik harus
disampaikan dengan bahasa yang santun, disertai alasan yang logis bahkan
kalau perlu membantu mencarikan jalan keluarnya.
73
Kegiatan
Sekarang ini banyak sekali hasil karya seni maupun produk yang dapat
kita saksikan. Setiap hasil karya pasti memiliki kelebihan dan kelemahan.
Sebaik apapun dan secanggih apapun karya seni atau produk pasti memiliki
kelemahan atau kekurangan. Sebaliknya Karya (seni atau produ) tertentu
yang menurut sebagian orang bagus pasti juga memiliki kelebihan. Kita tidak
boleh mencela hasil karya sesorang walapun kenyataannya hasil karya itu
sebenarnya memang jelek. Yang boleh kita sampaikan adalah dalam bentuk
kritik yang sifatnya membangun atau memberi masukan. Terhadap hasil
karya (produk atau seni) yang bagus kita tidak boleh terlalu kikir untuk
memujinya. Kritik dan pujian keduanya dapat menjadi bahan renungan
untuk menciptakan hasil karya berikutnya. Inilah salah satu pentingnya
kompetensi dasar ini harus kamu kuasai.
Sebelum kamu menyampaikan kritik terhadap hasil karya berikut,
Berbagilah dalam kelompok, setiap kelompok terdiri atas empat atau lima
orang. Diskusikan dalam kelompokmu contoh-contoh kalimat untuk
mengawali penyampaian kritik.
Contoh penggunaan bahasa dalam menyampaikan kritik:
a. Sebenarnya karya ini bagus, akan tetapi .....
b. .............................................................................................
c.
.............................................................................................
d. .............................................................................................
e.
.............................................................................................
f.
.............................................................................................
Secara bergiliran tuliskan kalimat yang sudah kamu diskusikan di papan
tulis, kemudian adakan diskusi kelas mengenai penggunaan struktur kalimat
dan ejaan yang digunakan!
Diskusikan dalam kelompokmu kelemahan dan kelebihan hasil karya
berikut ini! Jelaskan alasan-alasannya!
Rumahku Surgaku
Rumahku surgaku ...
Di sanalah aku berlindung
Di sanalah tempat tinggalku
Dan di sanalah tempat berkumpul
Rumahku surgaku
Tempat berteduh saat hujan
Tempatku berlindung saat panas
Di mana aku dapat tidur dengan nyenyak
Anissa Sprinka, Malang, Jatim
74
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
Secara bergiliran berikan kritik atau pujian terhadap hasil karya
tersebut secara lisan dengan dengan struktur kalimat yang baik dan
bahasa yang santun.
Berikan penilaian terhadap penampilan temanmu dengan
menggunakan rubrik penilaian berikut!
No.
Aspek
Skor
1.
Sikap
a. sangat tenang skor 2
b. kurang tenang skor 1
........
2.
Kelancaran
a. sangat lancar skor 3
b. cukup lancar skor 2
c.
kurang lancar skor 1
........
3.
Struktur kalimat
a. Kalimat-kalimatnya lengkap, benar, dan
baik skor 5
b. Kalimat-kalimatnya ada beberapa yang
tidak lengkap skor 4
c.
Kalimat-kalimatnya banyak yang tidak
lengkap dan tidak
benar skor 3
d. Kalimat-kalimatnya sangat tidak lengkap
dan banyak yang salah strukturnya skor 2 ........
4.
Penggunaan kata baku tidak baku
a. Kata-kata yang digunakan baku skor 3
b. Ada beberapa kata tidak baku yang
digunakan skor 2
c.
Banyak sekali menggunakan kata-kata
tidak baku skor 1
........
5.
Kesantunan berbahasa
a. Bahasa yang digunakan lugas dan
sopan skor 2
b. Bahasa yang digunakan kurang
sopan skor 1
........
Jumlah
........
Keterangan:
Jumlah skor maksimal 15
Nilai:
( jumlah skor x 2 )
x 10 = ....
3
75
Kegiatan
Pengalaman dan pengetahuan baru apa yang kamu dapatkan
setelah mempelajari materi pada kompetensi dasar tadi? Kamu
sudah mampu menyampaikan kritik dengan bahasa santun bukan?
Mengkritik dengan memuji memang sesuatu yang bertolak
belakang. Pujian akan mendatangkan kebanggaan bagi yang dipuji,
sebaliknya kritikan tidak jarang membuat orang yang dikritik
merasa sakit hati, marah, kecewa apalagi apabila kritikan itu
disampaikan dengan cara yang kurang baik dan kurang santun.
Itulah sebabnya kritik harus disampaikan dengan bahasa yang
santun, logis, dan bila perlu membantu menunjukkan jalan keluar
atau pemecahan.
Memahami dan Menggunakan Kalimat Majemuk
Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang terdiri atas
klausa utama dan klausa sematan (bagian klausa utama). Kata penghubung
yang digunakan antara lain :
bahwa, sesudah, kalau, jika, baik ... maupun,
bukan .... melainkan, tidak ... tetapi.
Contoh:
a.
Bapak
mengatakan bahwa
Andi
menderita
flu berat
.
S P S P O
(klausa sematan pengganti objek)
b.
Direktur
yang berdasi merah itu
sedang memeriksa
berkas.
S
P
P O
(klausa sematan pengganti subjek)
c.
Bibi
membeli
baju
bermotif bunga.
S P S P
(klausa sematan pengganti objek)
O
S
S
76
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
d. Ketika
gedung itu
terbakar,
saya
sedang pergi
ke toko buku.
S P S P K
(klausa sematan pengganti keterangan)
Keterangan :
klausa utama
klausa sematan
Gabungkanlah kalimat-kalimat tunggal berikut sehingga menjadi
kalimat mejemuk bertingkat!
1. a. Obat itu diminum.
b. Kamu lekas sembuh.
c.
...........................................................................
2. a. Bapak akan menunaikan ibadah haji.
b. Sawah warisan sudah terjual.
c.
...........................................................................
3. a. Ayah berangkat ke kantor.
b. Ibu pulang dari pasar.
c.
...........................................................................
4. a. Guruku itu sabar.
b. Mengajarkan kalimat tunggal.
c.
...........................................................................
5. a. Kakakku akan membeli mobil.
b. Tabungannya sudah mencukupi.
c.
...........................................................................
C.
Menganalisis Nilai-nilai Kehidupan pada
Cerpen-Cerpen dalam Satu Buku Kumpulan
Cerpen
Kemampuan apa yang harus kamu kuasai?
Setelah mempelajari materi dalam kompetensi dasar ini kamu diharapkan dapat:
1.
menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpen-cerpen dalam satu buku
kumpulan cerpen
2.
menentukan relevansi nilai-nilai dalam cerpen dengan kehidupan masa kini
K
77
Kegiatan
Pada pembelajaran yang lalu kamu sudah mampu menganalisis cerpen-
cerpen dalam satu buku kumuplan cerpen. Pada pembelajaran kali ini kamu
diajak untuk kembali menganalisis cerpen kemudian menemukan nilai-nilai
kehidupan yang terdapat di dalamnya. Nilai-nilai kehidupan itu termasuk
salah satu unsur yang terdapat dalam cerpen atau disebut unsur intrinsik
cerpen.
Unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen meliputi tema, tokoh,
karakter tokoh, alur, latar, serta pesan/amanat. Nilai-nilai kehidupan dalam
cerpen terdapat dalam pesan atau amanat. Pesan atau amanat dalam cerpen
yang disampaikan pengarang secara langsung, melalui peristiwa-peristiwa
yang dialami tokoh, atau melalui percakapan-percakapan tokoh. Nilai-nilai
kehidupan itu dapat berupa moral, agama, kejujuran, tanggung jawab, harga
diri, tenggang rasa, dan lain-lain.
1. Membaca Cerpen
Bacalah cerpen dari salah satu cerpen yang terdapat dalam buku
kumpulan cerpen “Senyum Karyamin” karya Ahmad Tohari berikut ini!
P
ENGEMIS DAN SHALAWAT BADAR
Bus yang aku tumpangi masuk terminal Cirebon ketika matahari
hampir mencapai pucuk langit. Terik matahari ditambah dengan panasnya
mesin disel tua memanggang bus itu bersama isinya. Untung bus tak begitu
penuh sehingga sesama penumpang tak perlu bersinggungan badan. Namun
dari sebelah kiriku bertiup bau keringat melalui udara yang dialirkan dengan
kipas koran. Dari belakang terus-menerus mengepul asap rokok dari mulut
seorang lelaki setengah mengantuk.
Begitu bus berhenti, puluhan pedagang asongan menyerbu masuk.
Bahkan beberapa di antara mereka sudah membajing loncat ketika bus masih
berada di mulut termi-nal. Bus menjadi pasar yang sangat hiruk-pikuk.
Celakanya, mesin bus tidak dimatikan dan sopir melompat turun begitu saja.
Dan para pedagang asongan itu menawarkan dagangan dengan suara
melengking agar bisa mengatasi derum mesin. Mereka menyodor-nyodorkan
dagangan, bila perlu sampai dekat sekali ke mata para penumpang. Kemudian
mereka mengeluh ketika mendapati tak seorang pun mau berbelanja. Seorang
di antara mereka malah mengutuk dengan mengatakan para penumpang
adalah manusia-manusia kikir, atau manusia-manusia yang tak punya duit.
Suasana sungguh gerah, sangat bising dan para penum-pang tak berdaya
melawan keadaan yang sangat menyiksa itu. Dalam keadaan seperti itu,
harapan para penumpang hanya satu; hendaknya sopir cepat datang dan
bus segera bergerak kembali untuk meneruskan perjalanan ke Jakarta. Namun
laki-laki yang menjadi tumpuan harapan itu kelihatan sibuk dengan
kesenangannya sendiri. Sopir itu enak-enak bergurau dengan seorang
perempuan penjual buah.
78
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
Sementara para penumpang lain kelihatan sangat gelisah dan jengkel, aku
mencoba bersikap lain. Perjalanan semacam ini sudah puluhan kali aku alami.
Dari pengalaman seperti itu aku mengerti bahwa ketidaknyamanan dalam
perjalanan tak perlu dikeluhkan karena sama sekali tidak mengatasi keadaan.
Supaya jiwa dan raga tidak tersiksa, aku selalu mencoba berdamai dengan
keadaan. Maka kubaca semuanya dengan tenang: Sopir yang tak acuh terhadap
nasib para penumpang itu, tukang-tukang asongan yang sangat berisik itu, dan
lelaki yang setengah mengantuk sambil mengepulkan asap di belakangku itu.
Masih banyak hal yang belum sempat aku baca ketika seorang lelaki
naik ke dalam bus. Celana, baju, dan kopiahnya berwarna hitam. Dia naik
dari pintu depan. Begitu naik lelaki itu mengucapkan salam dengan fasih.
Kemudian dari mulutnya mengalir
Shalawat Badar
dalam suara yang bening.
Dan tangannya menengadah. Lelaki itu mengemis. Aku membaca tentang
pengemis ini dengan perasaan yang sangat dalam. Aku dengarkan baik-baik
shalawatnya. Ya, persis. Aku pun sering membaca shalawat seperti itu
terutama dalam pengajian-pengajian umum atau rapat-rapat. Sekarang kulihat
dan kudengar sendiri ada lelaki membaca shalawat badar untuk mengemis.
Kukira pengemis itu sering mendatangi pengajian-penga-jian. Kukira dia
sering mendengar ceramah-ceramah tentang kebaikan hidup baik dunia
maupun akhirat. Lalu dari pengajian seperti itu dia hanya mendapat sesuatu
untuk membela kehidupannya di dunia. Sesuatu itu adalah Shala-wat Badar
yang kini sedang dikumandangkannya sambil menadahkan tangan.
Semula ada perasaan tidak setuju mengapa hal-hal yang kudus seperti
bacaan shalawat itu dipakai untuk mengemis. Tetapi perasaan demikian lenyap
ketika pengemis itu sudah berdiri di depanku. Mungkin karena shalawat itu
maka tanganku bergerak merogoh kantong dan memberikan selembar ratusan.
Atau karena ada banyak hal dapat dibaca pada wajah si pengemis itu.
Di sana aku lihat kebodohan, kepasrahan yang memperkuat penampilan
kemiskinan. Wajah-wajah seperti itu sa-ngat kuhafal karena selalu hadir
mewarnai pengajian yang sering diawali dengan Shalawat Badar. Ya. Jejak-
jejak pengajian dan ceramah-ceramah tentang kebaikan hidup ada berbekas
pada wajah pengemis itu. Lalu mengapa dari pengajian yang sering
didatanginya ia hanya bisa menghafal Shalawat Badar dan kini
menggunakannya untuk mengemis? Ah, kukira ada yang tak beres. Ada
yang salah” Sayangnya, aku tak begitu tega menyalahkan pengemis yang
terus membaca shalawat itu.
Perhatianku terhadap si pengemis terputus oleh bunyi pintu bus yang
dibanting. Kulihat sopir sudah duduk di belakang kemudi. Kondektur
melompat masuk dan berte-riak kepada sopir. Teriakannya ditelan oleh bunyi
mesin disel yang meraung-raung. Kudengar kedua awak bus itu bertengkar.
Kondektur tampaknya enggan melayani bus yang tidak penuh, sementara
sopir sudah bosan menunggu tambahan penumpang yang ternyata tak
kunjung datang. Mereka terus bertengkar melalui kata-kata yang tak sedap
didengar. Dan bus terus melaju meninggalkan terminal Cirebon.
Sopir yang marah menjalankan busnya dengan gila-gilaan. Kondektur
diam. Tetapi kata-kata kasarnya mendadak tumpah lagi. Kali ini bukan kepada
sopir, melainkan kepada pengemis yang jongkok dekat pintu belakang.
79
Kegiatan
“He,
sira!
Kenapa kamu tidak turun? Mau jadi gembel di Jakarta? Kamu
tidak tahu gembel di sana pada dibuang ke laut dijadikan rumpon?”
Pengemis itu diam saja.
“Turun!”
“Sira beli mikir!
Bus cepat seperti ini aku harus turun?”
“Tadi siapa suruh kamu naik?”
“Saya naik sendiri. Tapi saya tidak ingin ikut. Saya cuma mau ngemis,
kok.
Coba, suruh sopir berhenti. Nanti saya akan turun. Mumpung belum jauh.”
Kondektur kehabisan kata-kata. Dipandangnya pengemis itu seperti ia
hendak menelannya bulat-bulat. Yang dipandang pasrah. Dia tampaknya
rela diperlakukan sebagai apa saja asal tidak didorong keluar dari bus yang
melaju makin cepat. Kondektur berlalu sambil bersungut. Si pengemis yang
merasa sedikit lega, bergerak memperbaiki posisinya di dekat pintu belakang.
Mulutnya kembali bergumam: “...
shalatullah, salamullah, ‘ala thaha rasulillah....”
Shalawat itu terus mengalun dan terdengar makin jelas karena tak ada
lagi suara kondektur. Para penumpang membisu dan terlena dalam pikiran
masing-masing. Aku pun mulai mengantuk sehingga lama-lama aku tak bisa
membedakan mana suara shalawat dan mana derum mesin diesel. Boleh jadi
aku sudah berada di alam mimpi dan di sana kulihat ribuan orang membaca
shalawat. Anehnya, mereka yang berjumlah banyak sekali itu memiliki rupa
yang sama. Mereka semuanya mirip sekali dengan pengemis yang naik dalam
bus yang kutumpangi di terminal Cirebon. Dan dalam mimpi pun aku
berpendapat bahwa mereka bisa menghafal teks shalawat itu dengan sempurna
karena mereka sering mendatangi ceramah-ceramah tentang kebaikan hidup
di dunia maupun akhirat. Dan dari ceramah-ceramah seperti itu mereka hanya
memperoleh hafalan yang untungnya boleh dipakai modal menadahkan tangan.
Kukira aku masih dalam mimpi ketika kurasakan peristiwa yang hebat.
Mula-mula kudengar guntur meledak de-ngan suara dahsyat. Kemudian
kulihat mayat-mayat beterbangan dan jatuh di sekelilingku. Mayat-mayat itu
terluka dan beberapa di antaranya kelihatan sangat mengerikan. Karena
merasa takut aku pun lari. Namun sebuah batu tersandung dan aku jatuh ke
tanah. Mulut terasa asin dan aku meludah. Ternyata ludahku merah. Terasa
ada cairan mengalir dari lubang hidungku. Ketika kuraba, cairan itu pun
merah. Ya Tuhan. Tiba-tiba aku tersadar bahwa diriku terluka parah. Aku
terjaga dan di depanku ada malapetaka. Bus yang kutumpangi sudah terkapar
di tengah sawah dan bentuknya sudah tak keruan. Di dekatnya terguling
sebuah truk tangki yang tak kalah ringseknya. Dalam keadaan panik aku
mencoba bangkit bergerak ke jalan raya. Namun rasa sakit memaksaku duduk
kembali. Kulihat banyak kendaraan berhenti. Kudengar orang-orang merintih.
Lalu samar-samar kulihat seorang lelaki kusut keluar dari bangkai bus.
Badannya tak tergores sedikit pun. Lelaki itu dengan tenang berjalan kembali
ke arah kota Cirebon.
Telingaku dengan gamblang mendengar suara lelaki yang terus berjalan
dengan tenang ke arah timur itu:
“shalatullah, salamullah, ‘ala thaha rasulillah...”
Ahmad Tohari
80
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
2. Menganalisis Cerpen
Setelah kamu baca cerpen tersebut analisislah cerpen itu dari unsur
intrinsik! Kerjakan tugas ini secara berkelompok dalam kolom berikut ini!
No.
Unsur Intrinsik
Uraian/Penjelasan
1.
Tema
2.
Tokoh
3.
Karakter tokoh
4.
Latar/seting
5.
Pesan/amanat
3.
Menganalisis Nilai-Nilai Kehidupan yang Terdapat
dalam Cerpen
Nilai-nilai dalam cerpen dapat dipetik dari pesan atau amanat yang
disampaikan pengarang kepada pembaca. Nilai-nilai itu dapat berupa nilai
keagamaan, kemanusiaan, moral, sosial, dan lain-lain. Nilai-nilai kehidupan
yang terkandung dalam cerpen di atas antara lain sebagai berikut.
a. Ketidaknyamanan dalam berbagai situasi termasuk dalam perjalanan
tak perlu dikeluhkan karena hal itu sama sekali tidak mengatasi keadaan.
b. Shalawat Badar yang diucapkan dengan khusyuk meski untuk menarik
simpati orang lain agar mau bersedekah kepada pengemis pembacanya
ternayata mampu menyelematkan orang itu dari bencana di dunia.
Tentu saja jika dibaca dengan khusyu akan mampu menyelamatkan
manusia di akhirat kelak.
Bacalah buku kumpulan cerpen “Senyum Karyamin” karya
Ahmad Tohari yang salah satu judulnya “Pengemis dan Shalawat
Badar” di atas! Kamu juga dapat memilih buku kumpulan cerpen
yang lain! Setiap selesai membaca satu judul tunjukkan nilai-
nilai kehidupan yang terdapat di dalamnya. Kerjakan tugas ini
dalam waktu dua minggu. Gunakan format berikut ini untuk
melaporkan hasil kerjamu!
Judul buku :
................................................
Pengarang : ................................................
No.
Judul Cerpen
Nilai-Nilai Kehidupan
81
Kegiatan
Bagaimana sikap dan perasaanmu setelah membaca beberapa
cerpen dalam buku kumpulan cerpen? Tentu banyak nilai-nilai
kehidupan yang dapat kamu ambil selanjutnya dapat kamu
terapkan dalam kehidupan baik kehidupan beragama,
bermasyarakat maupun bernegara. Nilai-nilai kehidupan itu dapat
dipetik setelah keseluruhan isi cerpen dibaca. Nialai-nilai itu dapat
membentuk pribadi yang kuat dan tangguh. Maka dari itu
perbanyaklah membaca termasuk membaca cerpen. Koleksilah
buku-buku kumpulan cerpen di perpustakaan rumahmu.
D.
Meresensi Buku Pengetahuan
Kemampuan apa yang harus kamu kuasai?
Setelah mempelajari materi dalam kompetensi dasar ini kamu diharapkan dapat:
1.
menulis data buku yang dibaca
2.
menulis ikhtisar isi buku
3.
mendaftar butir-butir yang merupakan kelebihan dan kekurangan buku
4.
menuliskan pendapat pribadi sebagai tanggapan atas isi buku
5.
memadukan ikhtisar dan tanggapan pribadi ke dalam tulisan yang utuh
Resensi adalah ulasan atau pembiicaraan tentang sebuah buku dengan
mempertimbangkan segala sesuatu yang terdapat dalam isi buku. Resensi
buku berarti kegiatan mengulas sebuah buku yang baru diterbitkan. Resensi
buku bertujuan menunjukkan kepada pembaca mengenai buku yang
diluncurkan apakah pantas mendapatkan sambutan atau sebaliknya.
Dengan demikian, resensi buku sangat membantu pembaca untuk memiliki
atau tidak buku yang diterbitkan.
Resensi buku pengetahuan dapat kita temukan di surat kabar atau
majalah. Resensi berisi penilaian tentang kelebihan atau kelemahan sebuah
buku, menarik atau tidaknya tampilan buku, kritikan atau dorongan kepada
pembaca tentang perlu tidaknya buku itu dibaca, dimiliki atau dibeli.
82
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
Tujuan Menulis Resensi
1. Membantu pembaca yang belum
berkesempatan membaca buku
yang dimaksud (karena buku yang
diresensi biasanya buku baru) atau
membantu mereka yang memang
tidak punya waktu membaca
buku sedikitpun. Dengan adanya
resensi, pembaca bisa mengetahui
gambaran dan penilaian umum
terhadap buku tertentu.
2. Mengetahui kelemahan dan
kelebihan buku yang diresensi.
Dengan begitu, pembaca bisa
belajar bagaimana semestinya
membuat buku yang baik itu.
Memang, peresensi bisa saja sangat
subjektif dalam menilai buku. Lewat
buku yang diresensi itulah peresensi
belajar melakukan kritik dan koreksi
terhadap sebuah buku.
3. Mengetahui latar belakang dan
alasan buku tersebut diterbitkan.
4. Mengetahui perbandingan buku
yang telah dihasilkan penulis yang
sama atau buku-buku karya
penulis lain yang sejenis. Peresensi
yang punya “jam terbang” tinggi,
biasanya tidak melulu mengulas isi
buku apa adanya. Biasanya,
mereka juga menghadirkan karya-
karya sebelumnya yang telah
ditulis oleh pengarang buku
tersebut atau buku-buku karya
penulis lain yang sejenis. Hal ini
tentu akan lebih memperkaya
wawasan pembaca nantinya.
5. Bagi penulis buku yang diresensi, informasi atas buku yang diulas bisa
sebagai masukan berharga bagi proses kreatif kepenulisan selanjutnya.
Karena tak jarang peresensi memberikan kritik yang tajam baik itu dari
segi cara dan gaya kepenulisan maupun isi dan substansi bukunya.
Adapun, bagi penerbit bisa dijadikan wahana koreksi karena biasanya
peresensi juga menyoroti soal font (jenis huruf) mutu cetakan dan lain-
lain.
Bekal Dasar Meresensi
1 . Memahami Tujuan Penulis
Tujuan penulis buku dapat
dilihat dari kata pengantar, atau
pendahuluan yang terdapat
dalam buku.
2 . Memiliki Tujuan Meresensi
Penulis resensi biasanya
mempunyai tujuan tertentu
dalam membuat resesnsi.
Penulis resensi tidak jarang
menunjukkan kepeduliannya
terhadap pembaca dengan
memberikan pilihan-pilihan
terhadap kehadiran sebuah
buku. Sebaliknya bisa juga
seorang peresensi mem-
peringatkan pembaca agar
berhati-hati atau mempertim-
bangkan masak-masak ter-
hadap kehadiran sebuah buku.
3. Mengenal Selera dan Tingkat
Pemahaman Pembaca
Hal ini merupakan penge-
tahuan tentang pangsa pasar
yang dibidik oleh penerbit
dengan menerbitkan sebuah
buku. Dengan demikian
seorang penulis resensi harus
dapat memperkirakan buku
yang diterbitkan itu akan
dikonsumsi oleh kalangan mana.
4. Menguasai Berbagai Disiplin
Ilmu
Hal ini sangat penting bagi
penulis resensi buku sehingga
dapat memberikan pertim-
bangan mengenai kelebihan dan
kekurangan buku dengan tepat.
83
Kegiatan
1.
Struktur Tulisan Resensi
Umumnya sebuah resensi berisi tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan,
bagian isi dan bagian penutup.
a. Bagian Pendahuluan
Bagian ini berisi karakteristik fisik sebuah buku yang diresensi. Juga
diinformasikan secara objektif tentang identitas buku. Informasi yang harus
disampaikan meliputi judul, penulis, penyunting (jika ada), penerbit, tahun
terbit, cetakan ke-...., tebal buku. Informasi pada pendahuluan ini bersifat
faktual, menginformasikan apa adanya tentang identitas sebuah buku.
b. Bagian Isi
Bagian isi sebuah resensi berisi ulasan tentang judul buku, paparan
singkat isi buku, gambaran secra keseluruhan isi buku, informasi tentang
latar belakang serta tujuan penulisan buku. Pada bagian ini juga perlu
diulas tentang gaya penulisan buku, membandingkan antara buku yang
diresensi dengan buku lain yang memiliki tema sama. Dapat juga
membandingkan dengan buku lain yang ditulis oleh penulis yang sama
dengan buku yang diresensi.
c.
Bagian Penutup
Bagian penutup berisi penilaian terhadap kualitas isi buku secara
keseluruhan, menilai kelebihan atau kekurangan isi buku baik dari isinya,
tampilannya, serta kebakuan bahasa yang digunakan. Kritik atau saran
kepada penulis atau penerbit dapat disampaikan dalam bagian ini.
Penulis resensi juga dapat memberikan pertimbangan kepada pembaca
tentang perlu tidaknya pembaca membaca atau memiliki buku tersebut.
Dengan berbagai ulasan dan pertimbangan yang diberikan, resensi dapat
berguna bagi pembaca sekaligus bagi penulis danpenerbit. Bagi pembaca
resensi sangat bermanfaat untuk mempertimbangkan matang-matang perlu
tidaknya memiliki buku yang terbit. Bagi penerbit dan penulis resensi sangat
bermanfaat untuk memperbaiki dan menyempurnakan buku yang ditulis
dan diterbitkan itu.
2.
Menulis Resensi
Sebelum menulis resensi, bacalah contoh resensi sederhana berikut ini!
MENYELAMI DUNIA JURNALISTIK
Oleh: Daspan Haryadi
Kode Buku
:
RR.KO0071
Judul
: JURNALISTIK TEORI DAN PRAKTEK
Pengarang
:
HIKMAT KUSUMANINGRAT, DKK.
Tahun
:
2005
Dimensi
:
HVS 60 GR, 16 X 24 cm, 343 HLM + xv
ISBN
:
979-692-374-2
Harga Buku :
51,000.00
84
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
Dunia Jurnalistik akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang cukup cepat.
Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya media massa, baik media elektronik
maupun media cetak. Dalam skala lokal, nasional maupun internasional.
Perkembangan jurnalistik yang mengagumkan ini secara otomatis menimbulkan
persaingan yang ketat di antara media massa. Masing-masing media berupaya
agar media mereka menjadi salah satu media kepercayaan khalayak umum untuk
disimak. Tanpa adanya kepercayaan masyarakat terhadap sebuah media,
nonsense media itu dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang.
Untuk memasuki dunia jurnalistik saat ini tidaklah mudah. Karena, seseorang
yang ingin terjun dalam dunia jurnalistik mesti mempunyai bekal yang cukup,
terutama dalam hal seluk beluk dunia jurnalistik. Sementara pengetahuan yang
berkaitan dengan seluk-beluk jurnalistik sendiri terus berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman dan teknologi. Tanpa menyadari akan adanya banyak seluk
beluk ini dan tanpa mengikuti perkembangan yang terjadi dalam dunia jurnalistik,
seorang jurnalis akan mengalami kesulitan menjalankan tugas jurnalistiknya.
Untuk menjawab tantangan ini banyak jalan yang dapat ditempuh. Salah satunya
dengan membaca referensi jurnalistik yang tersedia. Buku karangan HIkmat K
dan Purnama K dengan judul Jurnalistik Teori dan Praktek adalah di antaranya.
Sebuah buah tangan dan sumbangsih kakak beradik dalam dunia yang digelutinya
selama lebih kurang 30 tahun.
Jangan cepat termakan isu negatif yang menyudutkan teori , dan yang penting
kenyataan. Seakan-akan teori itu salah dan tidak diperlukan. Karna, seringkali
sebuah teori terkesan berbelit-belit dan tidak jarang pula bertolak belakang dengan
kenyataan yang ada. Sehingga nada-nada sumbang seperti: ah teori ...! itukan
teori ...! menjadi ucapan sehari-hari.
Tidak benar bila teori dikatakan berbelit-belit. Tetapi memang benar bila teori
dikatakan sulit dipahami. Karena itu, orang yang mengatakan teori itu berbelit-
belit adalah pecundang alias orang yang tidak berupaya dan tidak sabar untuk
memahami teori tersebut. Juga tidak benar mengatakan teori yang tidak
mempunyai relevansi dengan kenyataan. Karena, dalam paradigma ilmu sosial
teori itu dipayungi oleh situasi dan kondisi (lingkungan).
Buku Jurnalistik teori dan praktik ini adalah perpaduan teori dan praktek. Karena
hal-hal teoritik yang dibahas dalam buku ini mempunyai relevansi dengan dunia
jurnalistik saat ini. Teori dalam hal ini berguna untuk mengukur berhasil atau
tidaknya suatu praktik. Karena, menilai suatu kenyataan atau realitas, hanya
dapat dilakukan bila kenyataan itu dikonfrontasikan dengan ideal-ideal, dengan
kriteria sebagai patokan-patokan teoritik.
Pengarang buku ini, kedua insan pers sedarah ini memulai pemaparannya pada
bab 2 tentang Pers dan Jurnalistik. Kemudia secara sistematis, mereka mengupas
pelbagai topik permasalahan berkaitan dengan dunia jurnalistik yang dirangkum
dalam bab demi bab: Seputar Berita (Bab 3); Prose menghimpun Berita (Bab 4);
Kendala Menghimpun Berita (Bab 5); Wartawan Profesional (Bab 6); Menulis dan
Gaya Penulisan Berita (Bab 7); Berita Pidato, Pertemuan, dan Wawancara (Bab 8);
Menulis Berita Olah Raga (Bab 9); Feature dan Human Interest (Bab 10); Reportase
Interpretatif (Bab 11); Reportase Investigatif (Bab 12) dan Jurnalis Pembangunan
(Bab 13). Terakhir (Bab 14) buku ini mengetengahkan Teknologi di Dapur Redaksi.
Prof. Dr. Muhammad Budiyatna, MA, Guru Besar Ilmu Kamunikasi FISIP UI dalam
85
Kegiatan
pengantarnya, secara garis besar mengklasifikasi isi buku ini dalam tiga bagian;
landasan teori tentang Pers, termasuk sistem pers yang berlaku di mancanegara
dari zaman ke zaman, termasuk pula di Indonesia. Setelah itu dibahas pula
mengenai apa dan bagaimana rumusan berita, prasyarat sebuah berita dan
bagaimanan prasyarat wartawan yang baik. Kemudian dibahas pula masalah
kendala dalam menghimpun berita, rambu-rambu etika dan hukum, hingga hal-
hal yang bersifat praktis dalam peliputan dan penyajian berita (Hal iv).
Tidak ketinggalan pula, buku ini juga melampirkan hal-hal yang berkaitan dengan
jurnalistik, di antaranya; Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia, Pedoman
Penulisan Tentang Hukum, Pedoman Penulisan Bidang Agama, Pedoman Penulisan
tentang Koperasi, Pedoman Penulisan Tentang pertanian dan Perburuhan, Pedoman
Penulisan Tentang DPR, Pedoman Penulisan tentang Teras Berita, Pedoman
Pemakaian Bahasa dalam Pers, dan terakhir UU RI NO. 40/1999 tentang Pers.
Isi buku ini penting untuk diperhatikan bagi siapa saja, terutama mereka yang
bergelut dengan dunia jurnalistik, baik mahasiswa jurnalistik itu sendiri maupun
para praktisinya. Bahkan dalam pengantarnya Muhammad Budiyatna
mengatakan buku ini sebagai buku kedua di bidang jurnalistik di tanah air yang
berkelas (Bermutu) -setelah bukunya Djawoto, Jurnalistik dalam Praktik (1959),
seorang wartawan senior yang waktu itu memangku jabatan sebagai Kepala
Kantor Berita Nasional ANTARA. Karena itu tidaklah berlebihan bila buku ini
didudukan sebagai panduan untuk menyelami dunia jurnalistik.
Sumber, http://rosda.co.id/index.php?info=resensi&resensi=43
di-
download
17 Maret 2008 pukul 10.40
Setelah kamu baca contoh resensi di atas, buatlah resensi buku
Geografi kelas IX atau buku lain yang digunakan di sekolahmu.
Untuk menulis resensi dengan baik perhatikan penjelasan
mengenai bekal dasar meresensi serta struktur tulisan resensi yang
telah dijelaskan di depan.
Kerjakan tugas ini dengan langkah-langkah berikut!
1 .
Tulislah dengan lengkap data buku yang kamu baca, meliputi
judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, jumlah halaman.
2. Tulislah dengan singkat ikhtisar isi buku!
3. Daftarlah butir-butir yang merupakan kelebihan dan
kekurangan buku yang kamu baca!
4. Sampaikan pendapatmu sebagai tanggapan atas isi buku yang
telah kamu baca berdasar pada kelebihan dan kekurangan
buku yang sudah kamu baca!
5. Padukan ikhtisar dan tanggapanmu ke dalam tulisan resensi
yang utuh!
Lakukan kegiatan ini secara terencana sehingga hasil resensi yang
kamu kerjakan benar-benar sesuai yang diharapkan.
86
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
Apakah kamu sekarang sudah mampu meresesnsi sebuah buku?
Tentu saja sudah, jika kamu ikuti dengan baik pembelajaran tadi.
Meresensi sama halnya menimbang buku dari kelebihan dan
kekurangannya, selanjutnya memberikan pandangan kepada
pembaca pentingnya atau tidak pentingnya membaca buku yang
diresensi. Buku yang diresensi biasana buku yang baru diterbitkan.
Resensi sangat membantu pembaca untuk mengetahui isi buku baik
dari kelebihan maupun kekurangannya. Bahkan resensi juga dapat
membantu penulis untuk lebih mempopulerkan buku
karangannya.
1. Menggunakan kata yang Mengalami Pergeseran
Makna
a. Pergeseran Makna Meluas dan Menyempit
Makna kata banyak yang berubah dari makna aslinya, baik meluas,
menyempit, membaik, memburuk ataupun sama sekali berubah. Hal
ini terjadi karena pada perkembangannya bahasa mengalami
pertumbuhan sesuai dengan situasi dan situasi zamannya.
1) Perluasan Makna
Perluasan makna kata adalah suatu kata yang maknaya menjadi
lebih luas daripada makna semula.
Contoh: a) Ia
tinggal di rumah
saudaranya.
Saudara
makna kata dulu : adik/kakak
b) Ada keperluan apa
Saudara
mencari saya?
S
audara
makna sekarang : engkau (orang yang
dihormati)
2) Penyempitan Makna
Penyempitan makna kata adalah makna suatu kata menjadi lebih
sempit daripada makna semula.
Contoh: a)
Amelia berasal dari keluarga
pendeta.
pendeta
makna kata dulu : ahli agama
b) Menantunya seorang
pendeta
taat.
kata
pendeta
bermakna orang yang ahli ilmu agama
Nasrani
87
Kegiatan
Tentukan makna dahulu dan makna sekarang kata yang telah
mengalami penyempitan makna berikut ini !
No.
Kata
Makna Dahulu
Makna Sekarang
1.
bau
2.
kitab
3.
berdagang
4.
preman
5.
madrasah
6.
pembantu
7.
penunggu
8.
gerombolan
9.
sarjana
10.
sastra
b. Memahamai dan Menggunakan Makna Kata Peyorasi, Ameliorasi, dan
Sinestesia
Perhatikan contoh kalimat-kalimat berikut ini!
1) Bini bang Juri hamil enam bula. (bini lebih rendah nilainya daripada
istri)
2) Kambingnya beranak enam ekor. (beranak lebih rendah nilainya
daripada melahirkan)
3) Pramuniaga toko ini rata-rata usianya masih belia.. (pramuniaga
lebih tinggi daripada pelayan toko)
4) Istrinya serang pengusaha wanita terkemuka di kota ini. (wanita
lebih tinggi nilainya daripada perempuan)
5) Senyumnya manis sekali. (indera perasa ke indera penglihatan).
6) Berita yang dibicarakan itu sebenarnya sudah basi. (indera perasa
ke indera pendengar)
Kalimat (1) dan (2) merupakan kalimat berpeyorasi, yaitu makna yang
sekarang dirasa lebih rendah, kurang baik, kurang hormat daripada
makna dahulu.
Kalimat (3) dan (4) merupakan contoh kalimat yang menggunakan kata
ameliorasi, yaitu makna yang sekarang dirasa lebih tinggi nilainya
daripada makna dahulu.
Kalimat (5) dan (6) adalah kalimat yang menggunakan kata sinestesia ,
yaitu perubahan makna yang terjadi karena pertukaran anggapan dua
indera.
88
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
1 . Carilah lima kata yang mengalami pergeseran makna peyorasi dari
koran, kemudian buatlah kalimat dengan menggunakan kata itu!
2 . Carilah lima kata yang mengalami pergeseran makna ameliorasi dari
internet, kemudian buatlah kalimat dengan menggunakan kata itu!
3. Buatlah lima kalimat yang mengalami pergeseran makna
sinestesia!
Syair merupakan salah satu bentuk puisi lama. Sebagai sebuah puisi,
syair adalah sebuah struktur yang terdiri atas unsur-unsur pembangun.
Unsur-unsur itu bersifat padu karena tidak dapat dipisah-pisahkan tanpa
mengatikan dengan unsur yang lain. Unsur syair terdiri atas unsur fisik dan
unsur batin. Unsur fisik syair terdiri atas baris-baris yang bersama-sama
membangun bait-bait. Selanjutnya bait-bait itu membangun keseluruhan
makna. Struktur fisik puisi memiliki kekhasan tersendiri dengan ciri-ciri yang
melekat padanya. Sedangkan struktur batin puisi atau disebut unsur intrinsik
meliputi tema, nada, suasana, dan pesan atau amanat. Unsur intrinsik puisi
dapat ditemukan setelah keseluruhan isi syair didengark atau dibaca.
Kritik dan pujian adalah sesuatu yang bertolak belakang. Pujian dapat
menyenangkan dan membanggakan yang dipunji. Sebaliknya kritik sering
membuat kecewa, bahkan marah bagi dikritik. Namun, keduanya sebenanrnya
dapat menjadi pelecut untuk memperbaiki kelemahan dan menyempurnakan
suatu hasil karya pada masa berikutnya. Kritik harus disampaikan dengan
bahasa yang santun disertai alasan yang masuk akal agar dapat diterima
oleh semua pihak dengan dada lapang dan hati tenang. Kritik tidak tidak
boleh mengesampingkan kesantunan dalam berbahasa sebab kritik yang
disampaikan dengan cara yang kurang baik dengan mengesampingkan sopan
santun berbahasa dapat meyebabkan pihak yang dikritik kecewa, kesal bahkan
marah. Untuk itu skali lagi kritik harus disampaikan dengan bahasa yang
santun, disertai alasan yang logis bahkan kalau perlu membantu mencarikan
jalan keluarnya.
Unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen meliputi tema, tokoh, karakter
tokoh, alur, latar, serta pesan/amanat. Dalam cerpen dapat ditemukan nilai-
nilai kehidupan. Nilai-nilai kehidupan dalam cerpen terdapat dalam pesan
atau amanat. Pesan atau amanat dalam cerpen dapat disampaikan oleh
pengarang secara langsung, melalui peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh,
atau melalui percakapan-percakapan tokoh. Nilai-nilai kehidupan itu dapat
berupa moral, agama, kejujuran, tanggung jawab, harga diri, tenggang rasa,
dan lain-lain. Nilai-nilai kehidupan dalam cerpen dapat ditemuan setelah
seluruh isi cerpen selesai dibaca dan dipahami isinya.
Resensi adalah ulasan atau pembicaraan tentang sebuah buku dengan
mempertimbangkan segala sesuatu yang terdapat dalam isi buku. Resensi
89
Kegiatan
buku juga dapat berarti kegiatan mengulas sebuah buku yang baru diterbitkan.
Resensi buku bertujuan menunjukkan kepada pembaca mengenai buku yang
diluncurkan apakah pantas mendapatkan sambutan atau sebaliknya. Dengan
demikian resensi buku sangat membantu pembaca untuk memiliki atau tidak
buku yang diterbitkan. Resensi berisi penilaian tentang kelebihan atau
kelemahan sebuah buku, menarik atau tidaknya tampilan buku, kritikan atau
dorongan kepada pembaca tentang perlu tidaknya buku itu dibaca, dimiliki
atau dibeli. Resensi sering dimuat di surat kabar atau majalah.
1. Dengarkan syair yang akan dibacakan oleh Bapak/Ibu Guru, kemudian
jelaskan tema, nada, suasana dan pesan syair tersebut!
2. Berikan kritik atau pujian terhadap hasil karya temanmu. Sampaikan
krtik atau pujian dengan bahasa yang baik, benar, dan santun dengan
disertai alasan yang logis.
3. Bacalah kutipan cerpen berikut ini, kemudian jelaskan nilai-nilai
kehidupan yang dapat diambil di dalamnya!
Curiga
(Humam S. Chudori )
SAYA baru tiba, tatkala lelaki yang tinggal satu RT itu datang ke rumah.
Dengan gaya jagoan, lelaki itu marah-marah. “Jangan sok ya Pak? Apa mentang-
mentang bapak seorang dosen? Istri bapak seorang wanita karier. Kalau istri
saya cuma seorang ibu rumah tangga dan saya sendiri terpaksa menjadi seorang
satpam,” demikian mulutnya nyerocos, tak karuan. Tak jelas juntrungan-nya.
Saya diam. Ini ada masalah apa? Saya membatin. Kenapa tiba-tiba Suhono
bicara status pekerjaan.
“Jangan suka nyindir keluarga satpam, Pak,” lanjutnya.
“Apa maksud Pak Suhono,” kata saya. “Lagi pula siapa yang menyindir?”
“Tadi istri bapak mengatakan, ‘biar jadi satpam segala’. Apa sih maunya?”
Saya diam. Pasti telah terjadi miss comunication, pikir saya. Tapi, saya
berusaha untuk tidak meladeninya. Percuma, pikir saya. Lelaki yang tinggal
satu RT dengan kami itu memang bawaannya selalu curiga. Mungkin karena
profesinya sebagai satpam.
Benar. Sikap dan watak seseorang, diakui atau tidak, seringkali akan sangat
dipengaruhi profesi yang digelutinya. Nah, karena menjadi seorang satpam
(pekerjaannya menuntut agar selalu waspada, apalagi sejak bom meledak di
mana-mana. Tuntutan kewaspadaan ini acapkali diterjemahkan mereka sebagai
harus bersikap curiga kepada siapa pun), tak heran jika pembawaan Suhono
selalu curiga. Bahkan terhadap tetangga sendiri. Segala sesuatu ditafsirkan
secara picik. Pola pikir lelaki berhidung sempok itu selalu negative thinking.
90
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
“Kalau memang istri saya salah, maafkan dia. Nanti biar saya kasih tahu.”
“Mestinya bapak harus bisa mengajar istri.”
Saya diam. Saya berusaha mencari kalimat yang tepat untuk disampaikan
kepada orang yang satu ini.
“Terima kasih atas peringatannya, Pak,” kata saya setelah menemukan
kalimat yang pas untuk disampaikan kepadanya. “Orang hidup bertetangga
memang perlu saling mengingatkan. Ya, kadang-kadang apa yang kita anggap
tidak mengganggu orang lain namun kenyataannya, tanpa kita sadari yang
kita lakukan mengganggu orang lain. Ya, misalnya saja kita menyetel radio
keras-keras. Benar. Radio itu milik sendiri. Disetel di rumah sendiri. Tapi,
kalau suara radio itu terlalu keras bisa mengganggu tetangga.”
“Kalau itu lain, Pak,” Suhono memotong kalimat saya. Seketika itu pula
wajahnya berubah. Merah. Entah karena malu atau bertambah tersinggung.
“Lain bagaimana? Apa kalau ada tetangga sedang sakit gigi, kita tahu?
Kalau kita menyetel lagu keras-keras tidak mengganggu tetangga kita yang
sedang sakit? Karena itu, kalau kita bilang menyetel lagu keras-keras.”
“Assalamualaikum,” sebuah uluk salam menghentikan kalimat yang belum
usai saya lontarkan. Karena saya buru-buru menjawab salam yang diucapkan
Pak RT yang baru datang itu.
Ketika Pak RT masuk, suami Wulan itu langsung pulang. Entah kenapa.
Yang pasti, seperti kata orang-orang, Suhono sebetulnya kurang pede. Untuk
menutupi kekurangannya itu, ia selalu bicara dengan suara keras. Terkadang
bernada kasar. Namun, jika ada yang meladeninya, lelaki itu tak dapat berbuat
apa-apa. Hanya saja, memang, jarang sekali orang mau melayaninya. Ia juga
kurang bergaul dengan tetangga sekitar. Jika ada pertemuan warga, misalnya,
pun ia tidak mau datang.
* * *
Pernah terjadi, Sulinah - pembantu keluarga Aris - dimarahi habis-
habisan oleh Suhono gara-gara menjemur pakaian di jalan, di depan rumah
sendiri yang berhadap-hadapan dengan rumah Suhono. Kebetulan rumah
mereka berada di pojok jalan. Artinya, jika jemuran mereka dijemur di jalan
tidak akan mengganggu kendaraan yang berlalu lalang. Karena depan rumah
mereka tidak mungkin dilewati oleh kendaraan.
“Mengganggu pemandangan,” demikian Suhono sering memarahi
pembantu Aris.
Mungkin karena sering dimarahi tetangga, Sulinah akhirnya tak betah.
Aris pun berganti pembantu. Namun, pembantu berikutnya juga mengalami
hal yang sama. Setelah tiga kali berganti pembantu dan selalu mengalami
perlakuan yang sama, Aris sengaja menjemur sendiri cucian mereka kendati
saat itu di rumahnya ada pembantu.
Ia berbuat demikian dengan maksud ingin tahu apakah Suhono berani
menegur dirinya. Sebab, kalau ia menegur, Aris akan mempersoalkan
tetangganya itu yang sering membuat sang pembantu tidak betah.
Kenyataannya, lelaki bertubuh tambun itu tak berani menegur Aris. Cerita ini
saya dengar sendiri dari Aris.
“Orang seperti Suhono jangan dikasih hati, Pak,” lanjut Aris usai
menuturkan penyebab pembantunya tidak ada yang betah.
91
Kegiatan
Saya diam.
“Mungkin adu fisik, kita bisa kalah. Tetapi, apa tidak ada hukum.
Memangnya orang bisa seenaknya berbuat sekehendak hati? Tanpa ada
hukum? Saya memang sengaja menjemur pakaian di depan rumah sendiri.”
“Apa alasannya pembantu Pak Aris tak boleh menjemur di situ?” tanya
saya ingin tahu.
“Dia bilang itu tanahnya. Nah, tanah dari mana? Orang itu tanah umum.
Jalan umum. Hanya kebetulan saja rumahnya terletak di pojok. Lalu jalan umum
diaku sebagai tanahnya. Dasar kampungan,” tambah Aris. “Coba kalau dia berani
ngomong begitu sama saya. Memangnya saya tidak keberatan kalau dia mencuci
motor di depan rumah. Lha airnya ke mana-mana. Jalanan jadi basah. Bahkan di
depan rumah jadi tergenang air. Jika dia berani menegur saya, akan saya tuntut
balik. Karena dia telah membuat pembantu saya tidak ada yang betah.”
Sejak Aris menjemur sendiri cucian di jalan depan rumahnya, Suhono
memang tidak berani menegur. Agaknya ia harus berpikir panjang jika harus
menegur Aris. Setelah beberapa kali Aris menjemur dan tak ada masalah, ia
menyuruh sang pembantu - entah pembantu yang ke berapa - untuk menjemur
pakaian seperti yang dilakukan sang majikan.
* * *
MENJELANG tidur, saya menanyakan apa yang telah terjadi antara istri
saya dan Wulan. Apa betul istri saya telah menyindir suami Wulan dengan
menyebut-nyebut profesinya.
Erika tersenyum. Geli. Lalu tak lama kemudian ia berkata, “Oh itu?”
“Iya, tadi, katanya, Mama menyindir Bu Wulan dengan mengatakan
satpam segala.”
Tawa Erika lepas. Lalu katanya, “Bukan begitu ceritanya, Pa.”
Selanjutnya istri saya menceritakan masalahnya. Seperti biasanya apabila
harus menemui relasi, istri saya berangkat lebih siang dari biasanya. Ia akan
menemui relasi terlebih dulu sebelum ke kantor.
Ketika Wulan hendak ke pasar, Megasari - anak Suhono - sedang asyik
bermain dengan Ani. Megasari tidak mau ikut. Sementara itu, sang ibu khawatir
kalau anaknya terjadi apa-apa. Pada saat itu, Erika berkata, “Biarlah mBak
dia main di sini. Tidak apa-apa deh. Biar saya jadi satpam-nya anak-anak.
Kebetulan saya berangkat agak siang.”
Mendengar kalimat Erika, wajah Wulan seketika berubah. Merah padam.
Lalu ia menyeret anaknya dengan kasar. Memaksa sang anak pergi bersamanya.
“Siapa sangka kalau kata-kata tadi menyinggungnya. Lha wong saya
tidak ada maksud menyindir pekerjaan suaminya. Lagi pula, saya tak pernah
punya pikiran sejauh itu. Saya juga tidak tahu kalau ayahnya Mega itu
satpam,” lanjut Erika. “Jadi, suami Bu Wulan itu satpam? Ya, saya tidak tahu.
Tapi, ya sekarang saya jadi tahu.”
Saya diam. Benar juga pendapat saya. Telah terjadi miss comunication.
“Nah, kalau tadi dia menyeret anaknya dengan kasar, memang sudah
menjadi kebiasaan perempuan itu terhadap anaknya. Bukan sekali dua kali,
saya suka melihat Bu Wulan memperlakukan anaknya demikian. Bahkan
ada kalanya Bu Wulan berkata kasar kepada anak-anaknya. Karena itu, saya
tidak pernah berpikir ia akan tersinggung dengan ucapan saya,” tambah Erika.
92
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
* * *
AYU masuk rumah sakit. Gara-garanya ia ditabrak motor tatkala sedang
bermain di jalan. Namun, tak ada tetangga yang menengok anak pertama Suhono
itu di rumah sakit. Betapa tidak, setiap tetangga yang saya ajak ke rumah sakit
untuk menengok anak berusia tiga belas tahun itu, tak ada yang mau.
“Wah, saya tak sempat Pak,” demikian alasan Supardi.
“Saya lagi malas pergi,” lain lagi alasan Kristiono.
“Nengok anak Pak Hono? Untuk apa?” kata Slamet.
“Nanti salah paham lagi. Kita ke sana tidak bawa apa-apa ya tidak pantas.
Kita bawa makanan, nanti dia tersinggung. Kalau bapak mau ke sana silakan.
Tapi, saya tidak bisa ikut,” kilah Panca.
Karena sudah beberapa orang saya ajak ke rumah sakit, menengok anak
Suhono, tidak ada yang mau, akhirnya saya pun malas pergi. Saya urung
membesuk anak itu.
“Tidak jadi pergi, Pa?” tanya Erika tatkala saya pulang.
“Malas,” jawab saya sekenanya.
“Kok?”
“Tidak ada teman.”
“Benar kan kata saya. Orang di sini juga sudah tidak ada yang mau
peduli dengan keluarga itu. Soalnya, Pak Suhono itu gampang tersinggung.
Nah, kalau orang itu sudah tersinggung, masalahnya jadi panjang. Lha wong
Pak Mitro juga pernah dibawain golok gara-gara ia bercanda dengan Pak
Suhono,” kata Erika.
Saya diam. Meski dalam hati saya ingin bertanya, kenapa Pak Suhono
sampai membawa golok ke rumah Pak Mitro. Namun, pertanyaan itu saya
pikir tidak ada manfaatnya. Toh, saya pernah mengalami sendiri. Gara-gara
Erika mengatakan anak Pak Suhono akan disatpami, lelaki itu langsung ke
rumah. Ia mempertanyakan kalimat yang dilontarkan istri saya. Dianggapnya
Erika menyindir. Mungkinkah karena akhir-akhir ini sering ada teror bom,
sehingga Suhono terpola seperti itu? Gampang curiga terhadap orang lain.
Tapi, Andika, Amsor, atau Waluyo tak pernah berpikir demikian. Tak pernah
merasa curiga terhadap orang lain. Padahal mereka juga bekerja sebagai
satpam.
Rupa-rupanya bukan hanya istri saya yang sudah tak mau peduli dengan
anak-anak Suhono. Anehnya, bukan hanya kaum ibu yang tak mau tahu
keluarga Suhono melainkan para bapak yang tinggal satu erte dengannya
juga cenderung cuek. Sebab, seringkali niat baik mereka ditafsirkan secara
keliru oleh Suhono dan istrinya.
Untuk kali yang pertama, saya merasa tidak merasa perlu peduli dengan
tetangga. Karena, saya khawatir akan terjadi kesalahpahaman dengan orang
seperti itu. Seperti yang dikhawatirkan para tetangga yang lain.***
Sumber:
Suara Karya,
Edisi 07/23/2006
4. Jelaskan secara singkat langkah-langkah menulis resensi!